Kamis, 04 Maret 2010

kontroversi hipnoterapi

Metode penyembuhan melalui hipnotis kembali menyeruak. Hal ini dipicu kasus pelecehan seksual yang diduga dilakukan Anand Krishna. Bagaimana membedakan hipnotis untuk tujuan buruk atau baik?

Taufik Kindy, ahli meditasi dan tokoh spiritualis mengungkapkan bahwa meditasi tidak selalu identik dengan hipnotis. Penyembuhan melalui hipnotis atau yang kerap disebut hipnoterapi, kebanyakan diburu hanya sebagai alat pengusir stres.

Namun, ia mengakui, saat ini masih banyak orang mengasumsikan hipnoterapi dengan metode gendam (sihir, magis, keramat), yang sering digunakan untuk praktek kejahatan. "Pasalnya, keduanya sama-sama menggunakan gelombang elektromanetik dan energi dalam tubuh manusia,” ujarnya ketika dihubungi INILAH.COM, kemarin.

Bedanya, dalam hipnoterapi si pasien dijadikan subjek aktif yang dipandu secara sadar dan mau menerima apa yang dilakukan terapis, sehingga menggunakan energinya untuk penyembuhan. Sedangkan dalam hipnotis dengan tujuan kejahatan, yang terjadi adalah proses magnetisme. "Si korban menjadi obyek pasif dan secara tidak sadar dipengaruhi energi dari si pelaku kejahatan," paparnya.

Pamor meditasi kembali muncul, menyusul tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan gopi (sebutan sang guru spiritualis) tersohor Anand Krishna baru-baru ini. Pria keturunan India-Solo, yang selama berpuluh-puluh tahun dikenal sebagai tokoh spiritualis lintas agama, diadukan bekas muridnya ke polisi dan Komnas Perempuan, Jakarta. Sembilan korban menuturkan Anand telah melakukan pelecehan seksual dengan modus meditasi, yaitu dengan cara menghipnotis atau mencuci otak.

Terkait hal ini, Kindy mengatakan, meditasi kesehatan bukanlah suatu aliran kepercayaan atau sekte tertentu. Justru ini mengarahkan pikiran untuk mencapai kesadaran, waspada, dan hati-hati. "Meditasi menghilangkan memori buruk kita, bukan perkara menyekutukan Tuhan atau ajaran menyesatkan," katanya.

Namun, ia mengakui bahwa meditasi mempunyai efek samping, salah satunya adalah abreaksi. Kondisi ini menggambarkan keadaan dimana pasien keluar dari rekaman bawah sadarnya secara serentak. “Akibatnya bisa menimbulkan rasa kekesalan atau kesedihan secara berlebihan, reaksinya pasien bisa tidak terkendali,” imbuhnya.

Lebih jauh ia memaparkan, beberapa penyakit sebenarnya bersumber dari pikiran manusia. Ramalan atau sugesti hipnosis seringkali menjadi nyata karena pikiran seseorang yang memasukan sugesti dalam proses pemikiran.

Kindy memberi contoh saat seseorang kehujanan. Bila dalam pikirannya tersugesti 'saya akan sakit kepala atau pusing karena kehujanan', tubuh akan benar-benar mengalami sakit kepala. Berbeda bila ditanamkan sugesti 'saya akan sehat dan tidak akan terjadi apa-apa', maka sakitpun tidak akan datang.

“Fenomena seperti ini yang disebut oleh pengobatan medis barat sebagai efek plasebo. Diri kita adalah apa yang kita pikirkan, kira-kira begitulah pepatah mengatakan,” pungkasnya.

Sementara psikolog RSAB Harapan Kita Dr Iesye Widodo mengatakan, meditasi dengan bantuan spiritualis menjadi sebuah alternatif memperoleh kebebasan dan keharmonisan seseorang. Meski tak ternafikkan, ada pula oknum yang menyalahgunakan meditasi itu sebagai lahan subur kejahatan lewat berbagai modus penipuan.

"Stres yang berdampak buruk, merugikan, atau menyakitkan hati itu dengan distress. Karena efeknya negatif, orang pun berupaya untuk mengendalikannya," kata dokter yang akrab disapa Ies ini.

Ia menjabarkan bahwa meditasi hanya salah satu cara masyarakat modern mengatasi stres akibat himpitan beban hidup di kota besar seperti Jakarta. Pasalnya, pada dasarnya tubuh manusia mampu mengendalikan berbagai gangguan dari luar dan dalam pikiran bawah sadar. Kekuatan terbesar manusia terletak dari penguasaan konsentrasi atau pemusatan pikiran yang positif.

"Pengendalian stres bisa dilakukan dengan pertahanan fisik atau pertahanan mental. Pertahanan fisik dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kesehatan, berupa olah raga dan makan makanan sehat, menikmati hidup (cukup tidur dan santai), serta merawat diri," paparnya.

Sedangkan, pertahanan mental bisa melalui mekanisme yang dapat membantu mengatasi serta menemukan jalan keluar dari situasi tegang, salah satunya melalui relaksasi dengan meditasi. Masyarakat awam sering membayangkan meditasi sebagai kegiatan duduk diam dalam posisi bersila dengan mata terpejam selama waktu tertentu. Padahal, meditasi tidak melulu seperti itu.

"Pada prinsipnya, semua cara itu bisa memberikan kondisi rileks pada orang yang menjalaninya. Salah satu metode pengendalian stres yang banyak diminati sekarang ini meditasi," pungkas Ies.

Kasus Anand memang masih bergulir di Polda Metro Jaya. Namun, bukan halangan bagi masyarakat, khususnya di kota-kota besar yang tertarik mempelajari atau membutuhkan kekuatan tenaga dalam lewat meditasi. Kuncinya adalah waspada!

0 komentar:

Posting Komentar