Minggu, 24 Juni 2012

Remaja Obesitas berpotensi jadi Perokok Dini


Remaja yang memiliki berat badan berlebih atau kegemukan biasanya dikaitkan dengan risiko kesehatan tertentu. Tapi ternyata remaja gemuk ini juga berisiko mulai merokok lebih dini.

Studi pertama yang berjudul ‘Risk-Taking Behaviors of Adolescents with Extreme Obesity: Normative or Not?’ dan diterbitkan dalam jurnal Pediatrics menemukan remaja gemuk ini terlibat dalam perilaku berisiko dan berbahaya termasuk merokok.

Dalam penelitian ini ditemukan remaja yang sangat gemuk telah memulai bereksperimen dengan rokok sebelum usianya mencapai 13 tahun. Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada remaja laki-laki.

Megan Benoit Ratcliff dan rekannya mempelajari perilaku berisiko tinggi dari remaja siswa SMA yang memiliki nilai BMI lebih tinggi dari angka normal yang disesuaikan dengan usia dan jenis kelaminnya.

Remaja yang oebsitas cenderung menjadi terisolasi secara sosial dibanding dengan teman-temannya yang memiliki berat badan normal. Tak jarang kondisi ini memicu para remaja untuk melakukan perilaku berisiko termasuk merokok sebagai bentuk pelarian.

Hal ini tentu saja cukup mengkhawatirkan karena remaja yang obesitas sudah berisiko lebih besar mengembangkan masalah kesehatan kronis, jika diperburuk oleh kebiasaan merokok maka risiko tersebut akan semakin besar.

Psikiater S Hossein Fatemi dan Paula J Clayton dalam buku ‘The medical basis of psychiatry’ menuturkan faktor sosial budaya turut memainkan peran yang kuat dalam membentuk perjalanan masa remaja.

"Remaja yang sangat obesitas tentu bisa dipengaruhi oleh stres sosial budaya dan lingkungan, kemungkinan hal inilah yang membuat mereka lebih rentan," ujar keduanya, seperti dikutip dari MedIndia, Minggu (24/6/2012).

Untuk itu diperlukan peran dari berbagai pihak termasuk keluarga dan teman-teman di sekolahnya dalam membantu menghindari diskriminasi sosial budaya pada anak yang memiliki berat badan berlebih, sehingga mengurangi kerentanan adanya perilaku berisiko.

Selasa, 12 Juni 2012

Manusia cenderung mati saat ulang tahunnya


Ulang tahun identik dengan kebahagiaan karena usia Anda bertambah dan semua orang di sekitar Anda mendoakan agar Anda panjang umur. Namun baru-baru ini ilmuwan memperingatkan agar Anda berhati-hati saat mengadakan pesta perayaan ulang tahun dan meniup kue ultah Anda.

Hal ini karena ilmuwan mengklaim bahwa semua orang akan cenderung meninggal dunia pada hari ulang tahunnya daripada di hari-hari lain.

Peneliti yang mempelajari lebih dari dua juta orang selama 40 tahun tersebut menemukan adanya peningkatan angka kematian akibat serangan jantung, stroke, jatuh dan bunuh diri pada hari ulang tahun.

Jika Anda masih tak percaya, lihat saja penyair ternama William Shakespear yang meninggal pada hari ulang tahunnya yaitu 23 April 1616. Aktris senior Ingrid Bergman juga meninggal pada hari kelahirannya di bulan Agustus 1962.

Selain itu, rata-rata orang yang berusia 60 ke atas memiliki kecenderungan 14 persen lebih besar untuk meninggal dunia di hari jadinya.

18,6 persen penyebab kematian di hari ulang tahun adalah serangan jantung, namun hal ini lebih banyak terjadi pada pria, sedangkan kematian akibat stroke mencapai 21,5 persen dan mayoritas terjadi pada wanita.

"Hari ulang tahun justru seringkali berakhir mematikan, berbeda dengan yang diharapkan, risiko kematian di hari ulang tahu juga meningkat seiring pertambahan usia," ujar Dr. Vladeta Ajdacic-Gross dari University of Zurich, seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (12/6/2012).

Data dari Kanada juga menunjukkan bahwa stroke cenderung terjadi pada hari ulang tahun, terutama pada pasien yang tekanan darahnya tinggi.

Untuk penyebab kematian lainnya, studi yang dipublikasikan di jurnal Annals of Epidemiology tersebut memaparkan bahwa 34,9 persen akibat bunuh diri, 28,5 persen merupakan kematian akibat kecelakaan yang tidak ada kaitannya dengan mobil atau kendaraan lainnya dan 44 persen kematian akibat jatuh di hari ulang tahun.

"Satu penemuan menarik lainnya adalah bunuh diri juga lebih sering terjadi pada hari ulang tahun, meskipun kasusnya banyak ditemukan pada korban pria.

"Mungkin pria lebih cenderung menggunakan bunuh diri sebagai pernyataan atas kehidupannya yang tidak bahagia dan mereka merasa dengan begitu orang-orang akan memperhatikan mereka," timpal Dr. Lewis Halsey dari University of Roehampton.

sumber: detikhealth

Selasa, 05 Juni 2012

Gila kerja? Hormon ini penyebabnya

dopamin,gila kerja,workaholic,wanita,wanita karir,karir

Sebuah penelitian menemukan bahwa kecenderungan orang untuk gila kerja juga bisa dipengaruhi oleh hormon.


Beberapa orang memiliki kecenderungan untuk gila kerja dan beberapa justru ogah-ogahan. Alasannya bisa disebabkan karena perbedaan motivasi antar karyawan.

Sebuah penelitian menggunakan pencitraan otak menemukan bahwa kemauan individu untuk bekerja keras sangat dipengaruhi oleh senyawa kimia di otaknya.

Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa kadar dopamin yang berlebihan dapat menyebabkan skizofrenia, dan bila kekurangan dapat menyebabkan penyakit parkinson.


Selain menemukan cara baru mengenai cara kerja otak, penelitian ini juga memiliki implikasi penting untuk mengobati gangguan pemusatan perhatian, depresi, skizofrenia dan rendahnya motivasi.

Penelitian ini dilakukan terhadap 25 orang sukarelawan sehat berusia 18 - 29 tahun. 52% di antaranya adalah wanita.

Untuk mengetahui motivasi kerjanya, peserta diminta melakukan tugas sederhana, yaitu menekan tombol. Pertama-tama, para peserta diminta memilih tugas antara yang mudah atau yang sulit.

Tugas yang mudah memperoleh upah 1 dolar AS, sedangkan upah yang didapat dari mengerjakan tugas-tugas sulit bisa mencapai 4 dolar AS. Setelah menentukan pilihannya, para peserta diberitahu kemungkinan besar upah yang akan diperoleh.

Tugas yang harus dilakukan berlangsung sekitar 30 detik dan peserta diminta melakukan tugasnya berulang kali selama sekitar 20 menit.

"Pada titik ini, kami tidak memiliki data yang dapat membuktikan bahwa melakukan tugas selama 20 menit ini berkaitan dengan prestasi individu. Tapi cara ini dapat mengukur kesediaan individu untuk berupaya agar mendapat upah," kata David Zald, profesor psikologi dari vanderbilt seperti dilansir Science Daily, Jumat (11/5/2012).

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience ini menggunakan teknik pemetaan otak yang disebut positron emission tomography (PETscan).

Para peneliti menemukan bahwa orang yang mau bekerja keras lebih banyak melepaskan hormon dopamin di area otak yang dikenal berperan penting dalam imbalan dan motivasi, yaitu area striatum dan ventromedial prefrontal cortex.

Di sisi lain, para pemalas yang kurang mau bekerja keras memiliki kadar dopamin tinggi di daerah otak lainnya yang berperan penting dalam memroses persepsi emosi dan risiko, yaitu insula anterior.

"Penelitian lain pada tikus menunjukkan bahwa dopamin sangat penting dalam memotivasi perilaku. Penelitian ini memberikan informasi baru mengenai cara kerja dopamin dalam menentukan perbedaan individu yang mempengaruhi perilaku pekerja keras dan gila kerja," kata Michael Treadway dari Vanderbilt yang ikut serta dalam penelitian.

Temuan ini menyimpulkan bahwa tingginya kadar dopamin di bagian otak yang disebut insula berkaitan dengan motivasi kerja yang rendah, bahkan setelah menyadari bahwa uang yang akan diperoleh lebih sedikit.

Kamis, 15 Desember 2011

Kekurangan dari posisi seks woman on top


Woman on top, merupakan posisi yang kerap disarankan jika Anda ingin mencapai orgasme saat bercinta. Posisi itu juga bisa jadi pilihan jika wanita ingin mengambil alih situasi bercinta.

Saat melakukan posisi bercinta woman on top, wanitalah yang seringkali banyak bekerja. Sementara para pria tinggal menikmati, atau sedikit 'beraksi' dengan menyentuh pasangannya sehingga si wanita bisa lebih bergairah.

Wanita yang melakoni woman on top pastinya harus berusaha menyeimbangkan tubuhnya. Sedangkan pasangannya bisa membantu dengan dengan menggeser tubuhnya saat berada di bawah. Untuk semakin membuat nyaman dan penetrasi lebih dalam, Anda bisa menaruh bantal di bawah bokong pasangan.namun ternyata ada beberapa kekurangan yang cukup mengganggu dari posisi seksual ini, apa sajakah itu? lets check it yoo!

Kekurangan Posisi Woman On Top


Beberapa wanita kesulitan menyeimbangkan tubuhnya saat mereka melakukan posisi woman on top karena harus bertumpu pada lututnya. Wanita dengan kaki bagian atas tidak terlalu panjang juga bisa kesulitan melakoni posisi tersebut. Hal itu karena saat berada di atas, lutut Anda sulit menyentuh tempat tidur sehingga untuk menyeimbangkan tubuh pun tidak mudah. Mengatasi masalah tersebut, wanita memilih bercinta dengan posisi seperti menekuk setengah lututnya.

Untuk para pria, Anda bisa membantu istri untuk menahan berat tubuhnya. Saat seorang wanita sudah semakin menikmati aksinya ketika bercinta, dia bisa lupa untuk mempertahankan keseimbangannya atau berat tubuhnya ketika berada di atas.