Senin, 24 Agustus 2009

spesialisasi pada kedokteran

dokter,kedokteran

Jakarta, Ilmu kedokteran terus mengalami perkembangan yang pesat dan profesi dokter pun makin mengerucut ke bidang-bidang yang lebih mikro. Tapi benarkah spesialisasi dokter justru merusak ilmu kedokteran?

Adalah ahli bedah dan gastroentologis serta Guru Besar Kedokteran Albert Eintein College of Medicine AS, Dr Hiromi Sinya MD, yang menilai spesialisasi dokter justru membuat penanganan pasien menjadi tidak utuh.

"Praktik spesialisasi harus dihentikan. Spesialisasi kedokteran membuat kita hanya melihat hal-hal kecil dan tidak dapat melihat keseluruhan gambarnya. Sementara segala sesuatu dalam ilmu kedokteran saling mempengaruhi dan menjaga keseimbangan," kata Dr Hiromi seperti dikutip dari bukunya The Enzyme Factors, Senin (24/8/2009).

Bagaimana pun lanjut Dr Hiromi aktivitas 60 triliun sel di dalam tubuh menjalankan lima aliran dalam tubuh yakni darah dan getah bening, pencernaan, urine, udara dan energi yang kesemuanya itu saling terkait.

"Permasalahan satu diantara itu akan memberikan dampak kepada semuanya," tuturnya.

Mengabaikan saling ketergantungan ini dan hanya berusaha untuk mengobati organ tubuh akan memicu kegagalan melihat gambaran penyakit seutuhnya.

"Jika spesialisasi terus berkembang pesat, mungkin dalam waktu dekat kita tidak akan memiliki dokter yang sesungguhnya. Yang tersisa hanyalah para spesialis yang memahami bidang spesialisasi mereka secara spesifik tetapi tidak dapat mengatasi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan," ungkapnya prihatin.

Dr Hiromi menceritakan suatu ketika dirinya menerima pasien wanita berusia 38 tahun. Pasien itu mengeluhkan masalah diperutnya. Sebelumnya ia telah mengunjungi banyak dokter dan menjalani banyak tes, tetapi semua hasilnya sama bahwa pasien itu selalu dinyatakan normal.

"Bahkan ketika saya memeriksa dengan menggunakan endoskop, saya masih tidak dapat melihat tanda-tanda kanker di manapun. Tetapi karena ia mengeluh ada sesuatu yang salah di perutnya saya pun memasukkan zat pewarna kontras dari usus dua belas jari ke saluran empedunya, lalu melakukan pemeriksaan sinar X karena saluran empedu tidak dapat tidak dapat diperiksa menggunakan endoskop karena salurannya sangat tipis. Dengan tes ini saya menemukan kanker sebesar ujung kelingking di dalam saluran empedu," tuturnya.

Dr Hiromi mengatakan waktu yang dihabiskan oleh seorang dokter untuk bertemu muka dengan pasiennya tidaklah lama. Dalam waktu yang singkat itu dokter fokus mencari sinyal bahaya yang dikeluarkan tubuh pasien. Namun sayangnya tidak banyak dokter yang bersedia mencurahkan perhatian pada keseluruhan tubuh pasien karena perawatan kesehatan sudah makin terspesialisasi.

"Penting bagi dokter untuk mendengarkan pasien dan menganggap serius apa yang dikatakan oleh para pasien," kata Dr Hiromi yang meski seorang spesialis pencernaan juga memeriksa prostat hingga leher rahim.


sumber: Detik Health

0 komentar:

Posting Komentar